
SUARA UTAMA NEWS – KETAPANG, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT), Yandri Susanto,
Membuat kegaduhan di Republik ini, pasal nya menteri desa ini menyebut lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan wartawan sebagai “Bodrex”
Hal ini memicu gelombang protes dari kalangan pers dan aktivis, Terminologi kata “Bodrex” merek obat sakit kepala generik–dianggap melecehkan profesi yang selama ini berperan sebagai pilar demokrasi.
“Aksi ini memicu reaksi protes dari insan pers dan aktivis menuntut pertanggungjawaban retorika pejabat negara,” kata salah satu LSM Ketapang Marco Sinambela SH.
Menurut Dewan Pimpinan Daerah KPK Tipikor Ketapang, Marco P. Sinambela SH. Mengatakan “
kecewa dengan istilah “Bodrex” yang dinilai mengerdilkan peran kontrol sosial.
Ia menjelaskan, “Kritik bukan sesuatu yg membuat sakit kepala yang perlu diredam, melainkan vitamin untuk membangun tata kelola yang sehat.”
“Jika methapor i‘Bodrex itu kami’, lalu apa obat untuk pejabat yang alergi transparansi?” kata Marco ketua LSM DPD Tipikor begitu juga kawan-kawan dari insan media /jurnalis.
Perkataan yang disampaikan menteri tersebut sangat tendensius dan merendahkan profesi Wartawan dan LSM sebagai lembaga social control,
kalau memang terbukti oknum LSM dan Wartawan tersebut melakukan pemerasan segera saja proses hukum demikian juga kepala desa yg mengkorupsi uang ADD/DD untuk ditindak juga karena sudah merugikan masyarakat dan negara jangan ditutup tutupi.
Merespons gelombang protes ini, akhir nya , selasa (3/02/2025) Mendes PDT Yandri Susanto secara terbuka meminta maaf dan menyatakan bahwa maksudnya hanya menyinggung oknum yang kerap memeras pemda atas nama investigasi.
“Saya analogikan ‘Bodrex’ sebagai simbol solusi instan, bukan untuk merendahkan. Tapi saya sadar analogi itu keliru,” ujarnya. Permintaan maaf tertulisnya — yang dibacakan di depan berbagai LSM dan Media.
Satire pun bermunculan di media sosial. Salah satu meme viral menggambarkan Mendes PDT Yandri Susanto sebagai pasien yang menolak diagnosis dokter (LSM) sembari meminum Bodrex.
Metafora “Bodrex” secara tak langsung mengambarkan kegelisahan pejabat terhadap fungsi checks and balances.
Jika dianalogikan, sikap antipati terhadap kritik ibarat meminum obat penghilang rasa sakit tanpa mengobati sumber penyakit.